2017: Year in review

1. Bye ED, Bye UNJ!

Tahun 2017 diawali dengan “Congratulations, Disvi you pass the exam”, dari tiga dosen penguji. Gimana nggak cengar-cengir di depan semua dosen di ruang sidang waktu itu? Rasanya lega luar biasa bisa melewati tahap akhir dalam berkehidupan sebagai mahasiswa. Dari mulai ditolaknya lima topik skripsi oleh dosen pembimbing, sampai kepikiran untuk ajuin skripsi di semester 10 aja kalau topik terakhir nggak juga di-acc. Akhir bulan Juli topik gue akhirnya di­­-acc! Alhamdulillah. Walaupun babak belur lah gue karena waktunya mepet banget untuk ngejar seminar proposal yang rumornya waktu itu dijadwalkan bulan November, tapi diundur akhirnya bulan Desember awal dan gue maju pertama. Dan sebulan kemudian langsung pengumuman sidang skripsi! Padahal revisi setelah seminar proposal aja belum selesai, bab empat, lima, dan enam juga belum gue kerjain. Karena ngerasa sidang skripsi masih lama makanya gue santai banget ngerjain skripsinya. You know what? Gue mau pemutihan aja rasanya!hahaha. Guys…jangan pernah menunda untuk mengerjakan skripsi mu. Jangan pernah! Apalagi kalau teori yang dibahas banyak banget, disamping itu gue satu-satunya mahasiswa dijurusan yang pake teori Framing Analysis Gamson & Modigliani untuk bahan skripsi dan topik yang juga lagi ‘on fire’ banget, Tax Amnesty. Apa ada, anak bahasa yang menggunakan topik ini jadi bahan skripsi? belum ada. Dan gue mahasiswa bahasa pertama yang pakai topik ini. Gimana gue nggak babak belur ngerjain skripsi ini? Gimana gue nggak stress kalau-kalau nanti ‘dibantai’ di ruang sidang? (Dan gue yakin ini juga pasti dialami juga oleh kalian ‘Para Pejuang Skripsi’) hahaha enggak, semua itu gue aja yang berlebihan. Alhamdulillah, 27 Januari 2017 meninggalkan ED (English Department) dan UNJ!




2. Remarks by President Back Obama

Beyond expectation I was invited by Mr. Dino Patti Djalal to attend the Key Note Speech of the 44th President of the United States on Congress of Indonesian Diaspora. Pidato yang berlangsung selama 2 jam itu ada tiga topik yang disampaikan yakni; unity in diversity, terrorism, and climate change. Barack Obama dalam pidatonya menyampaikan kekaguman nya akan keberagaman suku, ras, dan agama di Indonesia yang dapat hidup berdampingan. Kerukunan dalam keberagaman di Indonesia ini menjadi contoh berkehidupan sosial dan juga politik di berbagai negara seperti terpilihnya Sadiq Khan sebagai Walikota Muslim Pertama di London dan Saud Anwar sebagai Wlikota Muslim Pertama di Amerika Serikat (Tuh! Negara-negara lain aja mencontoh Indonesia walaupun berbeda namun tetap satu. Masa kita sendiri nggak bisa?). Bagaimana kesigapan pemerintah Indonesia dalam menangani aksi teror juga pentingnya sinergi Indonesia dan negara-negara lain dalam memerangi terorisme. Topik terkahir yang disampaikan adalah perubaham iklim, ya, Obama mengajak semua negara termasuk Indonesia berperan aktif dalam menanggulangi perubahan iklim dan menentang keras pernyataan Presiden Amerika saat ini Donald Trump yang menyatakan bahwa perubahan iklim itu nggak ada! Hmmm....sebenernya selama pidato itu, Obama beberapa kali nyindir Trump dan kebijakan-kebijakannya yang nggak masuk akal, diantaranya tentang penghapusan Obama Care dan yaaaa perubahan iklim ini.
Selama pidato berlangsung semua mata yang hadir hanya fokus ke Obama. Gimana enggak? Selain isi pidatonya yang berisi, cara Obama menyampaikan pidato, intonasi, dan gesture nya emang bikin hadirin cuma fokus ke dia. Gila nggak tuh? Setiap gue buka portal berita, TV atau Youtube aja terpana banget sama cara berpidatonya. Ini, 20 meter jaraknya di depan mata langsung liat Obama pidato itu…..was totally amazing. (Walaupun sebenernya ada yang lebih seru dari pidato Obama saat itu! hahahaha) Thank you Mr. Dino Patti Djalal and FPCI for having me! It was such an honor to meet Mr. Obama last year. How powerful his delivery skills and magnetic aura of his leadership, inspired me tremendously. He is definitely one of the greatest speakers in the world!




3. Internship at the Ministry of State Secretariat of the Republic of Indonesia

Pada postingan sebelumnya gue udah cerita pengalaman magang di Kemeterian Sekretariat Negara. Salah satu yang gue juga nggak pernah duga bisa balik lagi ke lingkungan Ring I itu. Seneng? Banget! Sederhana sih, karena setiap yang dikerjain di sini adalah instruksi langsung dari Presiden dan untuk Presiden. Jadi semua yang dikerjain dan informasi yang didapat di Ring I ini bersifat Rahasia Negara. Keren kan? Hahahaha!


Istana Kepresidenan Cipanas


4. Test at PwC and Ernst & Young (EY)

Banyak juga sih yang nggak tau apa itu PwC dan EY, tapi kalau kata anak-anak akuntan itu…big 4 KKP. Gue juga tau dua perusahaan besar ini dari selentingan orang-orang aja kalau perusahaan ini ‘prestigious’ dan susah banget masuknya. Karena penasaran se ‘prestigious’ apa perusahaan ini browsing lah gue dan akhirnya paham kenapa dua perusahaan ini dielu-elukan banyak orang. Di waktu yang berbeda PwC dan EY open recruitment untuk bagian penerjemah. Karena sesuai dengan background pendidikan gue Sastra Inggris, iseng lah apply dan nggak lama dapet email untuk dateng test pertama. Wow! gue? Lulusan UNJ dipanggil test PwC dan EY? Dan ketika dateng serius sih minder banget. Secara yang ikut test kebanyakan lulusan University of Melbourne, UI, ITB, University of Sydney, gue sih apa coba?hahahaha sedih deh pokoknya.

Test di PwC itu emang nggak main-main soal nya. Kalo soal bahasa inggrisnya oke lah gue lumayan lancar. Tapi gue mengalami kendala dengan psikotest dan logic test nya, mostly pertanyaannya dan bahasa yang dipakai itu bisnis dan ekonomi banget. Sementara gue udah lama banget nggak berhubungan dengan angka-angka dan ketemu ginian tuh mending ngerjain skripsi lagi deh. Ada lumayan banyak soal yang nggak gue isi karena waktu test di PwC juga ‘strict’ banget,setiap sesi nggak lebih dari 45 menit. Sementara di EY soal-soal nya nggak ‘se nyebelin’ PwC, baik itu English test, atau translation test nya (kalau untuk soal selain bidang penerjemah mohon maaf saya nggak tau). Dan ya….bener aja sih gue nggak lolos dua-duanya, But that’s okay pernah ikut test di big 4 KKP itu hal yang nggak pernah diduga juga, dan jadi tau kenapa dua perusahaan ini jadi inceran banyak orang! (bagi orang-orang yang tau perusahaan ini sih yang pasti haha).



5. The 1st Winner of Writing Competition

Ini sih yang paling nggak disangka-sangka, jadi juara pertama kompetisi menulis yang diseleggarakan oleh salah satu perusahaan besar asuransi. Awalnya di kasih tau partner magang ada kompetisi ini sampai akhirnya iseng kirimin tulisan di menit-menit terakhir kompetisi (I’m totally a deadliner). Waktu ngirim tulisan itu, nggak berharap menang karena pasti yang tulisannya lebih bagus dari gue itu banyak. Kalaupun menang berharapnya sih juara dua, kamera mirrorless hahaha! Sebulan kemudian dihubungi dari pihak penyelenggara untuk confirm alamat karena menang kompetisi itu, waktu cek di Facebook perusahaan ini ternyata gue pemenang pertama kompetisi ini! Gila sih, nggak nyangka banget penulis amatir ini keluar sebagai pemenang pertama kompetisi menulis. Walaupun yaaaa….kenapa nggak juara II aja??????hahaha.



2017 was definitely such an incredible journey for me. Gimana enggak? Gue melewati tahun itu dengan momen kelulusan, banyak kegagalan, dan hal-hal tidak terduga lainnya. Biasa aja sih sebenernya, cuma gue aja yang menganggap hal-hal tidak terduga ini sesuatu yang nggak biasa hahaha. Thank you 2017, I’m feeling grateful and blessed. Can’t wait to see what 2018 will bring!

Cheers.


Comments

Post a Comment